Katakan Sekarang atau Tidak Sama Sekali
Siang hari ini terasa sangat panas. Tetapi bukan karena
terik matahari yang memanasi bumi, kali ini panas yang ku rasakan karena melihat
Lily yang sedang berdua bersama laki-laki lain di depan mataku (apakah aku sedang
cemburu?). Lily adalah sosok gadis yang sangat ceria, pintar, ramah, baik,
bahkan senyumnya mampu meluluhkan hati setiap laki-laki yang melihatnya
(termasuk aku), dia memiliki senyum yang sangat manis, yang jelas aku sangat
mengaguminya, atau lebih tepatnya aku telah jatuh cinta kepada sosok gadis
manis yang satu ini.
“tragis sekali nasibku”, gumamku lirih sambil memasang wajah
manyunku dan mata tertuju pada Lily yang sedang duduk berdua dengan Bayu (teman
satu SMA-ku dulu)
“door!!, ngelamun aja kamu wan! Hayo..liatin siapa kamu?
Lily ya?”, tegur salah satu temanku.
“hih, apaan sih. Ngaget-ngagetin aja kamu tu!”, jawabku
kesal.
Aku masih ingat jelas, kapan aku pertama kali mengenal Lily
dan kapan aku jatuh cinta dengannya. Aku mnegenalnya sejak kami sama-sama duduk
di kelas satu SMA. Kami berbeda sekolah, tetapi waktu itu temanku memberikan
nomor HP-nya Lily karena saat itu aku sedang mencari kenalan Ketua OSIS dari
sekolah lain. Sejak itu kami berdua menjadi dekat dan semakin akrab.
Kalau ditanya sejak kapan aku jatuh cinta dengan Lily pasti
akan ku jawab sejak aku pertama kali berkunjung ke rumahnya. Tepatnya satu
tahun yang lalu, saat kami sudah lulus SMA dan sedang menunggu hari di mana
kami akan duduk di bangku kuliah untuk pertama kalinya. Aku dan dia saat ini
sudah semester empat dan kuliah di universitas yang sama, tetapi beda jurusan.
“Awan, makananmu gak dihabisin? Habisin gih, habis itu kita
pulang”, tegur Lily yang sontak membuyarkan lamunanku.
“oh iya Ly, aku dah kenyang, ayo pulang sekarang aja”,
ajakku, seusai acara makan siang bersama waktu itu.
v
Bunyi telefon terdengar di sore hari itu. Ternyata Lily yang
menelfon, sontak aku kaget karena tidak biasanya dia menelfonku kalau tidak ada
hal yang benar-benar penting atau mendadak.
“Assalamu’alaikum, ada apa Ly?”, sapaku dengan lembut.
“Wan, keluar sekarang
yuk? Aku lagi suntuk banget ni”,jawab Lily dengan nadanya yang sedang Bad Mood.
“pasti ni kamu lagi BT ya? Oke deh, tunggu bentar ya, aku ke
tempatmu sekarang”,jawabku dengan semangat.
“oke”, Lily menjawab singkat sembari menutup telfonnya.
Aku mengajaknya ke taman yang biasa kami kunjungi,taman mini
yang berada di dekat kampus. Entah kenapa saat itu jantungku berdegub sangat
cepat saat memboncengakan Lily. Mendapati dia ada bersamaku saati itu adalah
hal yang sangat membuat hatiku ingin berteriak bahwa aku sangat bahagia bisa
bersamanya. Huft, aku sadar kalau Lily hanya menganggapku
sahabat.
“kamu lagi kenapa?” , tanyaku khawatir.
“gak apa-apa sih sebenarnya, hanya sedang ingin mengobrol
denganmu”, jawab Lily.
Aku semakin tercengang mendengar jawaban dari Lily. Raut
wajahku sudah tidak terlihat jelas seperti apa. Hatiku campur aduk tidak
karuan. Seolah-olah seperti gunung berapi yang ingin meletus. Aku ingin sekali mengungkapkan
perasaan yang sudah ku pendam lebih dari satu tahun ini. Oh My God! Help me please. Lily, andai saja kau tahu apa yang ku
rasakan saat ini. Apakah harus ku katakana sekarang atau nanti atau tidak sama
sekali? Resahku dalam hati.
v
Beberapa hari ini
perhatianku ke Lily sangat intens (lebih dari biasanya). Kalau orang lain yang
melihat mungkin mereka akan mengatakan kalau aku sedang PDKT (pendekatan) dengan
Lily. Ya..may be yes ma be no. Sosok
Lily yang ceria selalu membuatku merindukannya dan selalu ingin dekat
dengannya. Sesibuk-sibuknya aku kalau sudah menyangkut Lily pasti akan selalu
ku luangkan waktuku.
Mungkin aku salah telah memiliki rasa ini kepada sahabatku
sendiri. Tapi aku juga manusia yang haus akan cinta dan saat cinta itu datang
aku tak mampu melawan arusnya.
“Ly, nanti malam ada acara gak? Keluar yuk?”, ajakku kepada
gadis yang sesungguhnya aku cinta dalam hati.
“hemm…oke, abis maghrib aja ya wan, gimana?”, tawar Lily.
“Oke..siap!, kita ketemu di tempat biasa ya”, jawabku.
Segera ku jalankan sepeda motorku, lalu bergegas pulang
karena sudah sore dan sudah hampir satu jam aku bermain di kosnya Lily. Kali
ini aku sangat mantap dengan keputusanku, keputusan yang sudah ku pikirkan
matang-matang selama beberapa hari ini. Nanti
malam aku akan menembak Lily dan mengatakan sejujur-jujurnya tentang perasaanku
ini. Memang cukup sakit memendam rasa cinta dalam hati. Tetapi bagiku bisa
melihatnya saja sudah cukup membuatku
bahagia. Dan kali ini aku sudah bertekad untuk mengatakn cinta kepadanya.
v
Haduh. Sumpah aku deg-degan
setengah mati! Aku harus berani! Ayo wan tunjukan kejantananmu!.
Resahku dalam hati. Seusai sholat maghrib aku langsung menuju ke tempat kami
janjian. Dengan segera aku menge-check kertas-kertas berukuran A3 yang sudah ku
sipakan sebagai media untuk menyatakan perasaanku.
Saat sudah tiba di tempat makan aku makin nervous. Rumah
makan yang terhiasi lampu-lampu kecil berkela-kelip dengan suasana yang sangat
romantis, cocok sekali untuk sepasang kekasih yang ingin dinner bersama. Saat
aku masuk, aku mendapati Lily sudah berada di salah satu gazebo tempat makan
itu , yang berada di ujung belakang. Ku hentikan langkahku dan sengaja aku
tidak memberitahu Lily kalau aku sudah datang.
Maaf ly aku agak telat, tadi abis nganter
kakakku dulu, kamu pesen makan dulu aja ya. (aku mengirim SMS untuknya).
Iya wan (balas Lily dengan singkat)
Aku langsung mengeluarkan delapan kertas berukuran A3 yang
sudah ku siapkan sebelumnya. Kertas-kertas itu bertuliskan “I LOVE YOU”. Aku
menulis satu huruf di satu kertas. Tanpa menunggu lama aku meminta tolong
kepada pelayan dan pengunjung yang akan berjalan menuju ke arah gazebo tempat
Lily duduk.
Satu demi satu orang sudah membawa kertasku. Dari kejauhan
Lily tampak sangat kebingungan mendapati orang-orang yang berjalan ke arahnya memberikan
kertas-kertas itu. ku lihat dia dengan seksama sedang membaca huruf-huruf yang
tertulis di kertas. Tibalah kertas terakhir yang bertuliskan huruf “U” dan aku
lah yang akan membawanya sendiri, tidak lupa juga aku membawa setangaki bunga
lili yang cantik untuk Lily.
Ku sodorkan kertas itu di depan Lily. Aku hanya mampu
tersenyum melihatnya tersenyum manis kepadaku.
“Ly, ini untukmu”, ku berikan bunga itu kepadanya.
“Ya ampun wan, cantik sekali bunganya, jadi kamu yang
merencanakan semua ini?”, tanya Lily dengan senyumnya yang merekah dan
pandangannya terkunci padaku.
Sontak aku sangat gugup sekali dan hampir saja speechless.
Tapi ku beranikan mulut ini untuk berbicara.
“i..i..iya Ly. Aku ingin mengakhiri pershabatan
kita.”,kataku gugup.
“hah? Maksudmu?”, tanya Lily dengan kaget. Dia belum
mengerti maksud dari kata-kataku tadi.
“iya, aku ingin mengakhiri pershabatan kita, lalu ingin ku
ganti dengan sebuah hubungan yang baru, layaknya sepasang kekasih”, jawabku
dengan senyum dan binar mata yang sedang harap-harap cemas diiringi dengan
detak jantungnku sudah tidak teratur.
“jadi ceritanya ini kamu lagi nembak aku?”, tanya Lily
dengan santai.
GUBRAAAAK…!! Ya
iyalah..ngapain juga ditanyain. Dasar gadis yang satu ini memang kadang lemot.
Kataku dalam hati.
“ya begitulah, will you be my girlfriend?”. Tanyaku
harap-harap cemas.
Ku lihat Lily sedang menatapku lekat-lekat dengan wajah
tanpa ekspresi. Dia sedang terdiam dan sepertinya sedang memikirkan sesuatu.
Tetapi entahlah aku tidak tahu sebenarnya apa yang sedang dia pikirkan. Aku
hanya bisa harap-harap cemas menunggu jawaban yang akan keluar dari mulutnya.
“dasar laki-laki bodoh..”, kata Lily dengan senyum tipisnya.
“hah? Maksudmu apa?”, tanyaku kotar-katir saat mendengar
kata-kata dari Lily barusan. Sontak kata-katanya membuatku tercengang.
“iya kamu itu bodoh. Kenapa baru sekarang kamu melakukan hal
ini? aku tu sudah menunggu hal ini sejak lama tahu gak!”, jawab Lily dengan
nada yang terlihat bahagia dengan senyum manisnya. Bahkan dia sempat tertawa
kecil di depanku.
“apa? Jadi maksud kamu…kamu juga memiliki rasa yang sama
denganku?”, tanyaku kaget dengan perasaan yang campur aduk. Lega dan bahagia
merasuki hati ini. Bagaimana tidak? Gadis yang aku cintai sejak lama ternyata
dia juga mencintaiku. Dengan kata lain aku tidak bertepuk sebelah tangan. Ku
lihat Lily juga merasakan kebahagiaan yang serupa denganku. Senyumnya tak
henti-hentinya diberikan kepadaku. Mungkin malam ini akan jadi salah satu malam
terindah untukku dan untuk Lily.
v
Pagi hari yag cerah, secerah hatiku dan Lily saat ini. Hari
ini adalah hari minggu, aku mengajak Lily ke pantai.untuk melihat sunrise. Betapa bahagianya kami saat ini,
mungkin kami memang terbiasa pergi berdua, akan tetapi untuk kali ini status
kami bukanlah sahabat lagi, melainkan sepasang kekasih. Pada akhirnya sahabat
jadi cinta.
“Ly, coba deh dengerin lagu ini”, ku sodorkan sebuah tape recorder.
“lagu apa?”, tanya Lily dengan raut wajah sedikit
peenasaran.
“udah dengerin dulu aja”, jawabku sambil tersenyum kepada
gadis yang sedang duduk di samping saat ini.
Kami berdua duduk di salah astu tempat duduk yang berada di
dekat bibir pantai, kanan kirinya terdapat pohon-pohon yang rindang dan sunrise sudah mulai menunjukan
keindahannya. Ku lihat Lily sedang serius mendengarkan lagu itu.
I love you. I love you
Lily. I love you so much. I love your smile, I love your eyes, you’re so
lovelly. I love you forever until I die.
Itulah kalimat-kalimat yang aku rekam ke dalam tape recorder-ku. Sejak beberapa hari
yang lalu aku merekam suaraku sendiri , karena sejujurnya ku orang yang pemalu
untuk mengungkapkan rasa cinta. Akhirnya aku memutuskan untuk merekam kata-kata
cinta itu di tape recorder agar Lily bisa mendengarnya setiap saat.
“ada apa? Lagunya bagus tidak?”, tanyaku heran, karena tiba-tiba
Lily menoleh ke arahku dan tersenyum sambil mendengarkan isi tape recorder itu.
“I love you too”, bisik Lily ke telingaku dengan suaranya
yang lembut. Binar matanya tampak bahagia diiringi senyumnya yang manis.
Aku tersenyum melihatnya dan sontag jantungku berdegup
dengan cepat. Aku bahagia bisa bersamanya dan aku sangat mencintainya. Kemarin
, hari ini, esok, dan entah tidak tahu sampai kapan. Dengan segenap hati aku
bersedia manawarkan sebuah rumah (baca : cinta) untuknya, sebuah rumah untuk
hati kami dan menetap menuju kebahagiaan.