Posts

Showing posts from February, 2012

Cukilan "Saying Love"

Malam berikutnya Vinda memutuskan untuk SMS Bayu, sekedar untuk menanyakan kabar dan ingin mengobrol dengannya. Assalamu’alikum.. Hi Bay, apa kabar? Kali ini dia yakin sekali pasti Bayu akan membalas SMS-nya lama, tapi ternyata dugaanya meleset. Dalam hitungan detik Bayu membalas SMS-nya itu. Wa’alaikumsalam.. Alhamdulillah baik. Tapi sayang sekali ternyata balasannya tidak sesuai yang diharapkan oleh Vinda. Balasan yang sangat singkat dan to the point sekali. Hihh..ini cowok gak ada lembut-lembutnya ya, tanya kabar balik kek, masa balesnya Cuma gitu sih? Sambil menggerutu akhirnya Vinda membalas kembali SMS dari Bayu. Tapi lama-kelamaan Bayu meladeni SMS-SMS dari Vinda. Cewek yang satu ini akhirnya mulai tersenyum dan terus menerus mencari pertanyaan-pertanyaan. Dia tidak ingin obrolannya dengan Bayu via SMS itu cepat berakhir. Sudah hampir satu jam mereka berdua mengobrol via SMS. Walaupun jawaban dari Bayu masih terbilang kaku dan dingin tapi setidaknya dia masih m

Cukilan "From the Facebook"

Image
Seperti biasanya Vinda sarapan dengan Ayahnya. Tapi ada yang beda dengannya di pagi itu. dia terlihat riang sekali sampai-sampai membuat ayanya bertanya-tanya dalam hati. Ini anak kenapa aya?  Tumben sekali pagi-pagi terlihat riang seperti sekarang? Tanpa Vinda sadari ternyata sang ayah terlihat serius sekali mengamati putrinya. “Yah, ada apa sih kok ngilatin Vinda dengan mata kaya gitu? Ada yang salah ya dengan kerudung yang Vinda pake? “haha..bukan masalah kerudung sayang, tapi tingkah kamu pagi ini”, “emang kenapa yah dengan tingkahku?”, Sang ayah tidak menjawab lagi pertanyaan dari putrinya. Dengan wajah penasaran Vinda masih terus melihat tawa Ayahnya. Setelah selesai sarapan Vinda langsung berpamitan untuk berangkat ke sekolah seperti biasanya. Selama perjalanan bareng Sinta Vinda terus memikirkan sosok cowok yang dingin dan kaku itu. entah kenapa pikirannya jadi terfokus ke dia. Pagi itu Sinta juga keheranan melihat Vinda yang sedari berangkat dari rumah senyam-seny

Sajak Terakhir di bulan Desember

Nak, anakku Tetaplah trsenyum tanpa hadirku di sampingmu. Tetaplah tegar hadapi duniamu. Raga kita kini memang terpisah, namun sosokku akan selalu hidup dalam sanubarimu. Jgn pernah meneteskan air mata, karena itu akan membuatku sedih. Jgn pernah kau sesali kepergianku, karena itu akan membuatku merasa tak tenang. Teruntuk anakku, ingatlah bahwa kasihku akan selalu mengalir dalam darahmu. Ikhlas dan trsenyumlah anakku. Dari Ibu

IKHLAS

Satu kata yg tak pernah trlepas dr setiap hela nafas. Salah seorang pernah brkata "ikhlaslah, insyaAllah akan selalu membawa kebahagiaan utk semua pihak". Hingga akhirnya waktu demi waktu aku belajar utk melakukan segala sesuatu dg ikhlas sebagai tongkatku. Tongkat yg bs membantuku utk memilih jalan kehidupan. Dan kini akupun sedang belajar utk mencintaimu dg brlapiskan rasa itu, ikhlas. Ikhlas menerima segala kekuranganmu. Ikhlas memberi apapun yg sanggup ku berikan utk'mu. Aku mencintaimu karena-NYA. Siapapun km dan bagaimanapun km. Tetaplah mjd kekasih halalku. Dan semoga memang kaulah yg mjd jodohku.

Cukilan "Januari to Februari"

Malam itu hujan turun begitu derasnya, tetapi Vinda yang ada di kamar masih tetap asyik dengan lagu favorit yang sering kali didengarkannya, The Way You Look at Me – Christian Bautista. Saking asyiknya menikmati alunan lagu dan melihat hujan diapun tidak sadar jika ada SMS yang masuk di handphone-nya. Vin, besok jadi berangkat bareng gak? Iya Sin, besok jemput aku seperti biasa ya. C.U. tomorrow. Ternyata itu sms dari teman dekatnya, Sinta. Mereka berdua sudah berteman dekat sejak kelas satu SMA. Keduanya sering sekali berangkat ke sekolah bersama. Apalagi saat ini mereka sudah duduk di kelas tiga SMA dan sebentar lagi akan menempuh Ujian Nasional. Jadi durasi mereka untuk bersama sangatlah banyak, entah saat berangkat ke sekolah ataupun saat berangkat ke tempat kursus. Sinta sering bermain di rumah Vinda, begitu juga sebaliknya. Jadi tidak heran kalau orang tua mereka sudah saling kenal dengan Vinda maupun Sinta. “DOOR ! dilarang ngelamun di kelas! ,, ke kantin yuk Vin, lap

Seorang Atheis

Langit memang sedang menangis namun semburat cahya surya di sore ini masih terlihat jelas meski waktu menunjukkan pukul lima. Terang dan hangat, ketika semburat cahya surya sore menerpaku melewati tubuh Anisa yang tengah sholat di depan sana. Suasana mushola STIE BANK BPD JATENG begitu lengang hanya dihiasi oleh desah suara kipas angin yang bergetar termakan usia. Ku rasakan asal cahya kehangatan yang sedari tadi memeluk tubuhku ini sembari duduk menyandarkan tubuh pada tumpukan karpet di belakang mushola melihat alur-alur air hujan bertorehkan cahya emas pada kaca. Anganku terus saja melayang akan jawaban pertanyaan Anisa yang harus segera ku berikan kepadanya.             “Aan.... malah bengong. Huh leganya sudah sholat. O iya bagaimana sudahkah kau tetapkan hatimu? Aku memberikan pertanyaan ini sudah semenjak setengah tahun yang lalu dan kita sudah berpacaran selama tiga tahun. Jadi menurutku saat inilah kau harus menetapkan hatimu” kata Anisa yang  tiba-tiba sudah duduk di d

poem - FRISCA

FRISCA Sang pengamat sering terpesona akan simpul senyum gores tangan maestro seni masa lampau Sang penyentuh pernah terlena ada kehadiran bayu di kala senja menyelimuti panorama langit petang Sang pendengar sering tertegun akan riwayat bidadari langit yang singgah pada aliran nadi ibu pertiwi Kenyataannya pandangku lebih sering terpesona pada simpul senyum yang mungkin tak abadi membatu Simpul senyum yang mungkin tak sanggup buat sejuta insan seide menyebutnya mahakarya Sebuah senyum yang berbeda ketika pertama saat pengamat ini terpesona mengamatinya Simpul senyum itu bernama FRISCA Entah dan entah akupun tak mengerti akan fenomena sihir senyum FRISCA pada sang pengamat Sebuah aliran penuh daya ciptakan senyum dengan sendirinya di wajahku Simpul senyum itu bernama FRISCA Simpul senyum yang buatku melayang dalam keheningan detak jam yang tertawa Simpul senyum yang ingin ku jaga selalu tak kan pudar dimakan jaman Kenyataannya raga ini lebih dari pern

Menepak Jejak Cinta - created by book of Zuwad

Cinta dapat dimaknakan sebagai ekspresi totalitas mengasihi & menyayangi sesuatu sepenuh hati. Ekspresi hati yg didorong oleh kegandrungan yg penuh seluruh. Di dalam cinta senantiasa trsimpan rasa simpati dan empati, yg kemudian menjelma menjadi tanggung jawab karena selalu didorong oleh rasa memiliki terhadap sesuatu. Cinta tumbuh sebagai bagian dr harapan dan cita2 mendapatkan sesuatu yg ideal dlm hidup dan kehidupan. Karenanya, cinta mesti tumbuh di atas hamparan keikhlasan mencintai dan dicintai. Cinta yg tulus dan murni, melahirkan energi positif dalam kehidupan manusia. Karena pada hakikatnya cinta selalu brorientasi pada kebaikan.