Cukilan "Januari to Februari"
Malam itu hujan turun begitu derasnya, tetapi Vinda
yang ada di kamar masih tetap asyik dengan lagu favorit yang sering kali
didengarkannya, The Way You Look at Me
– Christian Bautista. Saking asyiknya menikmati alunan lagu dan melihat hujan
diapun tidak sadar jika ada SMS yang masuk di handphone-nya.
Vin,
besok jadi berangkat bareng gak?
Iya Sin, besok jemput aku seperti biasa ya. C.U.
tomorrow.
Ternyata itu sms dari teman dekatnya, Sinta. Mereka berdua
sudah berteman dekat sejak kelas satu SMA. Keduanya sering sekali berangkat ke
sekolah bersama. Apalagi saat ini mereka sudah duduk di kelas tiga SMA dan
sebentar lagi akan menempuh Ujian Nasional. Jadi durasi mereka untuk bersama
sangatlah banyak, entah saat berangkat ke sekolah ataupun saat berangkat ke
tempat kursus. Sinta sering bermain di rumah Vinda, begitu juga sebaliknya.
Jadi tidak heran kalau orang tua mereka sudah saling kenal dengan Vinda maupun
Sinta.
“DOOR ! dilarang ngelamun di kelas! ,, ke kantin yuk
Vin, laper nih?”,
“hihh, siapa juga yang lagi ngelamun. Ayoo..aku juga
dah laper banget ni Sin”,
“kamu pingin makan apa Vin?”,
“Aku ngikut kamu aja deh, hehe..”,
“huuu..dasarr..sukanya ikut-ikutan aja kamu tu,
yaudah kita makan soto aja ya?’,
“OKEE..”.
Vinda dan Sinta memang sering terlihat bersama,
sampai-sampai teman-teman di sekolah menjuluki mereka berdua dengan sebutan
“soulmate”. Terlebih lagi dulu mereka berdua sempat sama-sama aktif di OSIS.
Vinda adalah mantan ketua OSIS dan Sinta sendiri adalah mantan Sekretaris OSIS,
jadi benar-benar tidak heran jika mereka sering terlihat bersama di manapun dan
kapanpun.
“hey Vin, ntar sore aku boleh ke
rumahmu gak? Aku mau minta ajarin bahasa Jerman ni?”,
“aduh Fer..sorry banget kayaknya
gak bisa deh, aku dah ada janji ni buat dinner bareng Ayahku, lain kali aja gimana?”,
“owh gitu, ya udah deh Vin lain kali aja gak
apa-apa”,
Dengan halus Vinda menolak permintaan Ferry, teman
satu kelasnya. Sebenarnya bukan karena ada janji dengan Ayahnya. Tetapi dia
memang sengaja berbohong karena dia tahu jika sebenarnya Ferry hanya ingin bisa
lebh dekat dengannya.
“eh Vin, emang bener kamu ada janji ma Ayahmu?”,
“haha..ya gak lah..kamu kaya gak tau aku aja sin.
Kadang bisa pinter bohong”,
“wah, tega kamu Vin. Jelas-jelas
Ferry tu suka sama kamu, kenapa sih gak kamu terima aja?’,
“gak ah, aku gak zreg dengan dia,
hehehe, kamu sendiri kenapa gak nerima Vino? Padahal menurtku dia cowok yang
baik kok, pinter lagi, kurang apa coba?”,
“ya sama sepertimu Vin, gak zreg aja, hehhe..”,
Vinda, gadis berkerudung dengan senyum manisnya dan
Sinta, gadis berambut panjang hitam dengan mata indahnya. Keduanya memang
dibanggakan oleh para guru, karena prestasi mereka memang patut diacungi
jempol. Cewek-cewek smart ini selalu menjadi pusat perhatian teman-teman dan
para guru. Jadi tidak heran jika teman-teman cowok di sekolah mereka banyak
yang ingin menjadi pacar mereka.
Di tengah-tengah perbincangan mereka di kantin
tiba-tiba ada sebuah pesan singkat yang masuk.
Vin, kamu belum bisa maafin aku ya? Jujur aku
ingin sekali kita tetap bisa berteman.
“siapa Vin?”,
“em bukan siapa-siapa, SMS gak penting kok, hehe,
udah habisin dulu gih makannya, bentar lagi bel masuk”.
Seketika itu Vinda langsung men-delete pesan yang
dianggapnya tidak penting itu. Dan segera memasukkan HP-nya ke dalam saku
bajunya. Bel masuk sudah berbunyi dan mereka berdua kembali ke kelas jurusan
mereka, program studi Bahasa. Sejak kelas satu mereka sudah sepakat akan
memilih program studi Bahasa sebagai kelas jurusan mereka. Vinda sangat senang
sekali menulis, entah itu puisi, cerpen, bahkan novel, sedangkan Sinta juga
memiliki kesamaan dengan Vinda. Karena kesamaan hoby itu akhirnya mereka berdua
memutuskan untuk masuk kelas Bahasa.
Memang jurusan Bahasa itu sendiri di masa sekarang
sudah terbilang langka bahkan di kota-kota lain jurusan Bahasa hampir punah.
Banyak orang beranggapan bahwa jurusan
Bahasa adalah jurusan “buangan” karena memang sedikit sekali peminatnya.
Tapi salah sekali jika orang-orang menyebutnya seperti itu. Pada padasarnya
semua jurusan itu sama, baik IPA/IPS/Bahasa, karena semua itu tergantung minat dan
kemampuan tiap individu itu sendiri. Yang membedakan adalah sejauh mana mereka
mampu mengembangkan kemampuan yang mereka miliki di bidang yang mereka pilih.
“Vin, ayo buruan! Dah hampir hujan ni”,
“iya iya..aku ambil buku di kelas
dulu. Kamu tunggu bentar ya? Awas lho kalau aku ditinggal!”,
“oke okeee..”,
Seusai sekolah mereka langsung pulang, tapi seperti
biasa Sinta mengantarkan Vinda pulang ke rumahnya dulu. Siang itu langit
berwarna felap pekat dan tidak lama lagi pasti akan turun hujan. Mereka berdua
pulang dengan terburu-buru karena takut hujan akan turun sebelum mereka sampai
di rumah.